Gempa
Parno masih gelisah susah untuk tidur.
Dua malam sudah ia tidak tidur. Berita TV kemarin sore masih terus
menghantui dirinya. Gempa besar dapat merubuhkan rumah,bahkan gedung
gedung bertingkat. Selama ini dia tidak tau kalau ada gempa sehebat itu.
Ditempatnya memang pernah ada
gempa tapi itu hanya berupa getaran-getaran kecil yang tidak
membahayaka. Dia tahu kabar itu dari TV yang baru dibelinnya kemarin
sore. Selama ini memang dia tidak pernah nonton TV.
"Ratusan nyawa pergi
meninggalkan raga hanya dalam waktu hitungan menit." Ia mendesah panjang
sama dengan panjangnya malam yang dia rasakan. " andai malam ini aku
tidur, mahluk yang bernama gempa itu datang bagaimana, apa aku bisa
selamat?" dia menarik selimut sarung menutupi dadanya yang telanjang.
Suara adzan dari mushola kang
Giman terdengar memecah kesunyian pagi yang dingin. Ayah Parno sudah
bangun untuk pergi ke mushola.
" bangun,sholat subuh dulu no" suara ayahnya terdengar dari balik pintu.
" iya pak..." sahut Parno
menjawab perintah bapaknya.
Ia segera bangun, keluar rumah dan menatap
bulan yang masih tampak bersinar.
"apakah di bulan juga ada gempa ya........?"
" ada apa no........" simbok Parno muncul dari belakang.
" aaanu,Bulannya bagus mbok...." jawab Parno dengan gugup sambil berlalu mengambil air wudlu.
" Oalah no no, kayak gak pernah
lihat bulan saja." simbok tersenyum-senyum melihat tingkah Parno. Usai
sholat Parno langsung tidur. Ini juga kali kedua ia tidur pagi karena
tidak kuat menahan kantuk.
" Parno............., kok malah tidur lagi ki piye to le," teriak simbok melihat anaknya tidur lagi.
" Ngantuk mbok,." dia tidak menghiraukan suara ibunya.
"pokoknya hari ini harus bangun, kemarin kamu sudah tidak bantu simbok di warung, ayo berangkat.....!
Parno terpaksa bangun, dengan
hati dongkol dan mata kemerah merahan dia berangkat ke warung. Didepan
warung sudah banyak warga yang menuggu untuk dibuka.
" Wah..., lama amat mbok bukanya, keburu gempa lho...., ha...,ha...." semua orang yang sudah lama menunggu tertawa.
" Iya ya..., kenapa negara ini sering dilanda gempa?" celetuk mbah Sumo
" ya gara gara rakyatnya banyak yang dosa, pejabatnya banyak korupsi." sambung pakde Kunto.
" gara-garanya, penduduk Indonesia sudah kebanyakan kali...."
" yang benar itu, gara gara lempengnya tabrakan......" Parno berusaha menjelaskan.
" lempeng itu apa to no,
bertabrakan dengan apa?" Parno tidak bisa menjawab dia sendiri bingung
apa itu lempeng, dan kenapa bisa tabrakan.
" kalian itu salah semua, gempa itu karena manusia lupa ngruwat bumi" kata mbah sumo dengan serius.
" pakai sajen sajen gitu ya mbah." sahut parno dengan semangat, "itukan syirik mbah."
" Sajen dulu digunakan itu,
untuk acara peringatan. Peringatan itu untuk mengingatkan manusia,
karena manusia tempatnya salah dan lupa"
" Lha terus kita kan orang islam mbah bagaimana cara ngruwatnya?"
" kita jaga kebersamaan, sering berdoa bersama, dzikir berasama,sholawatan bersama, sholat bersama-sama"
"Berjamaah gitu ya mbah?"
"Iya le".
"Berjamaah gitu ya mbah?"
"Iya le".
" hanya itu mbah?"
" kita harus menghargai alam
le......, jangan memaksa alam seperti yang kita inginkan, kita boleh
memanfaatkan alam, tapi kita juga harus menjaga kesimbangan alam, itulah
makanya kita disuruh berdzikir dan berfikir"
" ya ya mbah, aku mengerti..."
Hari semakin siang. Parno pulang
kerumah. Matanya sudah tidak bisa menahan kantuk. Sebentar saja dirinya
sudah berada ditengah-tengah korban gempa. dia menyaksikan runtuhan bangunan,
pengungsi ditenda tenda dengan luka-luka ditubuhnya. Benar benar mimpi
yang sempurna.
Komentar
Posting Komentar